Laman

Friday, September 21, 2012

gengsi dan keangkuhan untuk mengakui

Teruntuk dia, yang berwajah dua ...
Aku telah melihat keduanya, semua sifat dan sikap disituasi berbeda. Dan aku entah menyukai dirimu yang mana. Mungkinkah aku dapat menyukai sebelah dirimu? Tanpa aku harus bertemu dirimu yang lainnya. Kamu selalu berkata bahwa itulah dirimu, dirimu yang tak ingin tahu jikalau sebenarnya kamu dan aku sudah lebih dari hanya sebuah hubungan profesionalitas. Kita teman bukan? Aku hanya ingin segera memastikan apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang sebenarnya kamu inginkan.
Apa aku yang terlanjur mengharap dirimu menyukaiku? Apa aku yang salah mengartikan kedekatan kita? Mungkin saja selama ini kedekatan kita kamu anggap hanya profesionalitas? Hanya basa-basi belaka? Aku hanya tak ingin diabaikan. Anggap aku ada, karena aku bukanlah simSimi yang hanya kau datangi kala kau butuh teman cerita. Aku manusia dengan segala emosi yang tercipta di dalamnya. Jika kamu merasa terganggu oleh mereka, bukankah katamu kamu cuek? mengapa tak kau abaikan saja apa kata mereka dan biarkan kita seperti biasa. Bukan seperti malah aku yang kamu abaikan. Kamu dengan segala keangkuhanmu untuk mengatakan sejujurnya. Kamu dengan segala kegengsianmu untuk mengakui, bahwa aku ada DISANA! Memberimu perhatian cukup, membuatmu merasa nyaman, dan memandangmu lekat. Hanya untuk memastikan ketika aku menghayal tentang dirimu. aku tak melewatkan detil akan wajahmu. Dan hatimu, satu-satunya tempat yang tak dapat kubaca dari dirimu. Aku tak bisa mengharapkan apa-apa. Aku hanya akan melupakan segala hal yang pernah terjadi. Semua.. yah, Semua.
Teruntuk kamu, makan saja semua angkuh dan gengsimu untuk mengakui bahwa disana, sempat ada pengharapan untuk kita

No comments:

Post a Comment