Tertawa, mereka tertawa. Entah hendak turut bahagia entah hanya menertawakan. Satu-satunya hal yang dapat kuraba hanya sesak. Tawa tergelawak aku menyesak dalam raga yang fana. Aku merengkuh sesakku menyendiri. Tanpa memahami apa yang sebenarnya terjadi. Aku meraba, kearah mana ini semua akan berjalan. Mereka tak paham, tak ada. Tidak kamu, apalagi mereka. Bahkan aku pun tidak. Ada yang salah. Disini. Di relung hati yang terisi namamu. Tapi rupanya, hanya ada aku yang menderita. Hanya ada aku yang dilema memahami rasa. Aku meronta dalam tanya. Aku terisak dalam tawa. Aku menahan luka.
Ajari aku cara memahami dirimu. Agar yang kurasa tak hanya luka. Katakan apa yang kau pikirkan. Karena yang kupahami, hati dan pikiranmu tak disini. Menerawang sesak berjejal dengan muka kepalsuan.
Katakan,jika yang kau cintai bukan aku. Karena mempertahankan tanpa kau sayangi adalah percuma adanya. Hanya membuat luka yang seharusnya kau bahagiakan. Aku menunggu,menanti yang tak pasti. Menanti kau pahami, karena aku mencintaimu dengan tulus.
Untuk kamu, yang tak jua paham jika aku tau, cintamu tidak untukku.
Ajari aku cara memahami dirimu. Agar yang kurasa tak hanya luka. Katakan apa yang kau pikirkan. Karena yang kupahami, hati dan pikiranmu tak disini. Menerawang sesak berjejal dengan muka kepalsuan.
Katakan,jika yang kau cintai bukan aku. Karena mempertahankan tanpa kau sayangi adalah percuma adanya. Hanya membuat luka yang seharusnya kau bahagiakan. Aku menunggu,menanti yang tak pasti. Menanti kau pahami, karena aku mencintaimu dengan tulus.
Untuk kamu, yang tak jua paham jika aku tau, cintamu tidak untukku.
No comments:
Post a Comment