Laman

Monday, September 15, 2014

Terancam

Dia di sebuah kotak, terlampau cuek untuk peka, 
entah terlampau tidak mau tahu terhadap apa yang terjadi disekitarnya. 
Atau mungkin saja ia hanya tak peduli dengan aku, kamu dan kami. 
Dia tak pernah bergerak, ia hanya duduk dan menyaksikan, 
setiap kata yang keluar dari mulutnya ditutupi dengan matanya, 
kami hanya dapat mendengar, 
tidak pernah tahu sejauh mana ia mendalami apa yag ia katakan, 
kami tak pernah dibiarkan untuk mengenalnya lebih dalam, 
Mungkin kami hanyalah pion baginya 
yang dapat ia gerakan dan ia pertaruhkan ketika dirinya terancam, 
kami adalah tonggak terujur yang ia punya, 
sayangnya ia tak memiliki lengan untuk mengarahkan.
Nyawanya mungkin hambir habis, 
tapi harga dirinya terlampau angkuh untuk mengakui
Bahwasanya bebannya terlampau berat
Badannya tak sanggup mengangkat
Mungkin pula jiwanya terluka, hanya saja kami berdusta
berpura-pura tak memahaminya
Atau mungkin ia hanya boneka
Kami pun tak pernah mengetahuinya

Untuk dia yang hingga kini kami tak paham mengapa matanya tertutup

No comments:

Post a Comment